![]() |
Retak di Dinding Sejarah, Kepatihan Ngawi Menanti Renovasi |
Kepatihan merupakan kediaman Patih Ngawi pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Sosok yang pernah menempatinya, Patih Raden Panji Pringgo Koesoemo, pejabat penting yang kala itu mendampingi bupati Ngawi.
Bangunan bersejarah ini telah berdiri hampir dua abad dan kini telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya Kabupaten Ngawi. Sejak pertama kali dibangun, struktur Kepatihan belum pernah mengalami perombakan besar, tetap mempertahankan bentuk aslinya.
![]() |
Pendopo Kepatihan, masih terjaga keasliannya |
Kepatihan terdiri dari tiga bangunan utama, yakni pendopo di bagian depan, pringgitan di tengah, dan kamandungan di bagian dalam. Meski dari luar tampak masih utuh, kondisi bangunan ini sebenarnya cukup memprihatinkan.
Beberapa bagian telah lapuk dimakan usia. Dinding timur, misalnya, nyaris roboh. Juru pelihara terpaksa menyangganya dengan kayu agar tidak ambruk. Retakan menganga jelas terlihat di beberapa titik. Atap ruang belakang pun tak luput dari kerusakan. Rangka kayu penyangga genteng tanah liat banyak yang rapuh dan sebagian telah runtuh.
Bangunan bersejarah ini kini menunggu waktu untuk dipugar. Namun hingga kini, belum ada kejelasan terkait pelaksanaan revitalisasi.
Menurut Ari Budiman, juru pelihara Kepatihan Ngawi, meski kondisi bangunan memprihatinkan, Kepatihan masih sering dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seni budaya.
"Selama ini masih digunakan untuk kegiatan tari, wayang wong, hingga ekstrakurikuler anak-anak sekolah," ujarnya, Kamis (17/7/2025).
![]() |
Retakan dinding Kepatihan Ngawi, menganga dimakan usia |
Ari menambahkan, sejak pertama kali dibangun, struktur bangunan Kepatihan belum pernah mengalami renovasi. Semuanya masih asli seperti semula.
Berdasarkan sumber almanak Belanda, Patih Raden Panji Pringgo Koesoemo mulai menempati Kepatihan sejak diangkat menjadi patih pada 5 Juni 1857. Ia tercatat menjabat sebagai patih Ngawi dalam lima periode kepemimpinan bupati.
"Patih Pringgo Koesoemo adalah patih Ngawi paling lama menjabat. Ia mendampingi bupati selama lima periode," terang Ari.
Kawasan Kepatihan sendiri memiliki luas 2,1 hektare, sementara bangunan utamanya mencakup 0,1 hektare.
Ari juga mengungkapkan bahwa ke depan, Kepatihan akan direvitalisasi dan dikembangkan menjadi Taman Budaya Ngawi. Proses revitalisasi ini tidak akan mengubah struktur asli bangunan, melainkan hanya memperbaiki bagian-bagian yang rusak.
"Selama ini kami hanya melakukan perawatan rutin, seperti membersihkan bangunan dan merawat taman. Nantinya Kepatihan akan direnovasi dan difungsikan sebagai taman budaya," pungkasnya.