Apa Itu Grup Fantasi Sedarah?
Fantasi Sedarah adalah grup Facebook yang viral karena kontennya yang mengerikan. Bayangin, grup ini jadi tempat buat orang-orang nulis cerita atau fantasi seksual dengan keluarga kandung, seperti ibu, adik, kakak, bahkan anak sendiri. Parahnya, ada unggahan yang menyebut anak balita sebagai objek fantasi. Grup ini punya 32.000 sampai 41.000 anggota, sementara grup serupa seperti Suka Duka punya sekitar 28.000 anggota.
Kontennya nggak cuma teks, tapi juga foto keluarga dengan narasi vulgar. Salah satu unggahan yang bikin netizen ngelus dada adalah postingan pengguna bernama Rieke Jr. yang ngaku nggak sabar berhubungan dengan anaknya yang baru berusia dua tahun. Ada juga akun anonim yang ceritain pengalaman serupa dengan anak di bawah satu tahun. Gila, kan?
Grup ini pertama kali mencuat lewat unggahan di platform X oleh akun seperti @bug_** dan **@na***, yang ngebagi tangkapan layar konten grup tersebut. Dari situ, netizen ramai-ramai protes dan desak tindakan cepat.
Kenapa Fantasi Sedarah Bikin Heboh?
Fenomena ini nggak cuma bikin orang jijik, tapi juga nyanyi alarm bahaya buat keamanan anak dan moral masyarakat. Ini beberapa alasan kenapa grup ini viral dan dikecam:
1. Konten Menyimpang dan Berbahaya
Fantasi inses yang dipromosikan grup ini melanggar norma sosial, moral, dan hukum di Indonesia. Yang lebih ngeri, ada indikasi eksploitasi anak, karena banyak cerita melibatkan anak di bawah umur.
2. Skala Besar
Dengan puluhan ribu anggota, grup ini nunjukin betapa banyak orang yang terlibat dalam perilaku menyimpang ini. Netizen khawatir fantasi ini bisa jadi kenyataan, apalagi setelah kasus pengiriman mayat bayi via ojek online di Medan, yang diduga hasil hubungan inses kakak-adik.
3. Lemahnya Moderasi Konten
Banyak yang nanya, kok grup kayak gini bisa bebas beroperasi di Facebook? Ini sorotin lemahnya sistem moderasi konten di platform medsos. Bahkan, ada dugaan grup cuma ganti nama (misalnya jadi "Suka Duka") buat hindarin penghapusan.
4. Kekhawatiran Publik
Netizen di X dan Instagram ramai ngungkapin kemarahan mereka. Salah satu akun bilang, “Internet udah masuk area mikrosistem, bukan cuma makrosistem lagi. Ruang aman buat anak makin nggak ada.” Ada juga yang desak Meta, induk Facebook, buat bikin sistem pelaporan yang lebih ketat.
Tindakan Hukum dan Pemerintah
Kabar baiknya, pihak berwenang nggak tinggal diam. Berikut langkah-langkah yang udah diambil:
- Pemblokiran oleh Komdigi: Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) udah blokir **enam grup** bertema Fantasi Sedarah di Facebook, termasuk grup utama. Mereka koordinasi sama Meta buat putus akses grup ini, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Perlindungan Anak (PP Tunas).
- Penyelidikan Polisi: Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya lagi selidiki grup ini sejak minggu sebelum 16 Mei 2025. Mereka dalami konten, pengelola, dan anggota grup buat pastiin kejahatan ini berhenti.
- Desakan DPR: Wakil Ketua Komisi III DPR, Ahmad Sahroni, nyebut grup ini “menjijikkan” dan minta Polri serta Komdigi tindak tegas. Dia khawatir fantasi ini bisa picu kekerasan seksual di dunia nyata.
- Respons Pakar dan LSM: Rifka Annisa Women’s Crisis Center bilang grup ini bukti bahwa rumah nggak selalu aman, karena pelaku kekerasan seksual sering kali orang terdekat. Pakar anak dari UM Surabaya, Holy Ichda Wahyuni, bilang fenomena ini coreng nilai kemanusiaan dan tunjukin anak-anak rentan di dunia digital.
Dampak Sosial dan Digital
Kasus Fantasi Sedarah ngebuka mata kita soal bahaya konten digital yang nggak terawasi. Ini beberapa dampaknya:
- Ancaman buat Anak: Konten yang ngelibatin anak di bawah umur nunjukin betapa rentannya mereka di lingkungan digital, bahkan di rumah sendiri.
- Normalisasi Perilaku Menyimpang: Grup ini ditakutin bisa normalisasi inses, apalagi kalau nggak cepet ditindak.
- Tantangan buat Medsos: Kasus ini dorong diskusi soal tanggung jawab platform kayak Facebook. Netizen desak Meta bikin algoritma dan tim moderasi yang lebih ketat.
Kesimpulan: Waktunya Bertindak Tegas
Fantasi Sedarah bukan cuma soal grup Facebook, tapi cerminan lemahnya pengawasan di dunia digital dan bahaya yang ngintip anak-anak kita. Meski grup ini udah diblokir, kemunculan grup serupa kayak Suka Duka nunjukin masalah ini belum selesai. Netizen, polisi, pemerintah, dan platform medsos kudu kerja bareng buat pastiin ruang digital aman.
Pernah nemuin konten aneh di medsos? Atau punya pendapat soal kasus ini? Tulis di kolom komentar! Dan inget, kalau lihat konten menyimpang, laporin ke pihak berwenang biar cepet ditangani. Yuk, jaga dunia maya biar tetep aman buat semua! 💪
---
0 Komentar